Thursday, October 23, 2008

# 2

Cerita ibu membuatku tidak mampu memejamkan mata semalaman. Aku takut, khawatir, panik, tapi juga bahagia. Campuran rasa yang baru kali ini aku rasakan. Membuat kedua telapak tanganku berkeringat, tapi badanku menggigil seperti orang kedinginan.

Bagaimana tidak, setelah sekian lama akhirnya aku berhasil bertemu kembali dengan kembaranku. Orang yang berbagi tempat di dalam rahim ibuku. Namun bedanya, kali ini tempat kami tidak satu. Aku di sini, dan dia di alamnya sana dan alamku.

"Jangan memikirkan aku," tiba-tiba Malika kembali muncul di hadapanku. Menjulang di atas tempat tidurku. Membuatku menegang, dan hampir berteriak kencang.

"Kenapa kamu selalu muncul tiba-tiba begitu?" tanyaku terbata sambil menenangkan debaran keras di dalam dada.

Di tempat tidur, Malika yang terduduk di hadapanku, tertawa. Tanpa suara. Lalu sebentar saja tawa itu terhenti secepat datangnya. Dan dia pun menatapku tanpa ekspresi apa-apa.

"Aku selalu tahu apa yang ada di dalam kepalamu. Aku selalu bisa menebak jalan pikiranmu. Aku sayang kamu, Al. Izinkan aku untuk terus ada di dekatmu."

"Itu nggak mungkin, Ka... alam kita udah beda. Gimana caranya kita bisa terus bersama?" Aku mencoba meyakinkannya.

"Pilihannya cuma dua, Al. Kamu yang pindah ke alamku, atau izinkan aku untuk terus ada di alammu."

Mataku membesar mendengar permintaannya. Badanku menggigil membayangkan gagasannya. Dan gemetar itu makin terasa saat perlahan-lahan Malika mendekatkan bibirnya dengan pipiku. Dingin. Lalu kebekuan itu mulai merayap ke setiap inchi tubuhku. Dan sekejap saja mataku pun terpejam. Lalu hitam. Kelam.

No comments: